Catatan 1: Bangun Pagi




Pagi ini, hari Rabu 28 Februari, masih sama seperti biasa, aku bangun selalu mepet pada jam dimana aku punya kelas ngajar jam 7 pagi. Entah sudah seberapa lama aku tidak bisa membuat diriku bangun pagi, beberapa bulan terakhir ini aku mulai kembali kebiasaan buruk yang juga pernah menjadi beban.

Bangun pagi itu menjadi impianku hari ini, dan seterusnya, bisaa olahraga, menghirup udara segar, meditasi atau sekedar menikmati kopi pagi. Hal-hal itu merupakan sebuah kemewahan buat aku untuk saat ini. Jika orang menganggap kemewahaan adalh tentang banyak harta yang kamu punya, mungkin mereka harus mulai berfikir ulang.

Terkadang apa yang kita lihat hanyalah permukaan. Sedikit paradoks, tapi inilah kenyataan. Banyak berfikir ingin mencapai sukses yang mereka inginkan, punya banyak aset ataupun saldo di bank mereka, tapi mereka cuma berangan-angan, malas-malasan, tidak disiplin dan mampu mengontrol dirinya sendiri, mungkin sukses masih akan tetap datang, karena jalannya pasti beragam, tapi yang lebih berharga dari kesuksesan adalah pola hidup sehat, mampu melakukan kediisplinan diri dan kebiasaan untuk mensyukuri dan melakukan hal-hal kecil setiap hari.

Melihat petani yang setiap pagi berangkat ke saah, seusai subuh, sesekali minum kopi yang diseduh sang istri, kemudian bergegas pergi dengan cangku dipundaknya dan rokok menyala di bibirnya, meneras udara sejuk berkabut dan sesekali melamun, meneguk kopi di termos yang sudah dibekalkan, menikmati dinginnya udara pagi dan menyaksikan semua kehidupan terbangun dengan iring-iringan fajar yang kekuningkan. Sederhana, dan seterusnya.

Aku masih ingin memperjuangkan, untuk bisa bangun di pagi hari. Berolahraga, menghirup segarnya udara pagi, meditasi, ataupun sekedar menkmati kopi sambil menyusun rencana-rencana untuk segera dieksekusi.

Selamart berjuang..

Catatan Arifin
Catatan Arifin One boy with many interests. Casual reader and content writer who takes photos of his travel. He loves everything about books, feelings, stories, movies and historical pieces.

Post a Comment for "Catatan 1: Bangun Pagi"