Gunung Penanggungan, salah satu gunung berapi purba di Jawa Timur, menghadirkan pesona alam yang memikat serta sejarah yang kaya akan mitos dan legenda. Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi keindahan alam Gunung Penanggungan, memperkenalkan mitos yang melingkupinya, serta memberikan wawasan mengenai pengalaman mendaki yang ditawarkan gunung ini.
Gunung Penanggungan merupakan pilihan favorit bagi para pendaki pemula. Selain menawarkan pemandangan yang memukau, perjalanan menuju puncak Penanggungan atau Pawitra cukup menantang dengan jalur yang menanjak dan terjal. Gunung ini sering disebut sebagai miniatur Gunung Semeru karena puncaknya yang memiliki hamparan pasir luas. Pendaki dapat mencapai Gunung Penanggungan melalui lima jalur pendakian, yaitu Desa Tamiajeng, Kedungudi, Jolotundo, Kunjorowesi, dan Jalur Telaga. Dari kelima jalur ini, Tamiajeng menjadi yang paling populer karena jalurnya yang jelas dan pemandangannya yang indah.
Mitos dan Legenda
Gunung Penanggungan memiliki tempat istimewa dalam mitologi Jawa. Menurut legenda, gunung ini dianggap sebagai tempat pemujaan dewa-dewi Jawa Kuno. Beberapa mitos yang melingkupi Gunung Penanggungan antara lain:
Pemujaan Dewi Sri: Gunung Penanggungan dianggap sebagai tempat suci yang terkait dengan Dewi Sri, dewi hasil bumi dan kemakmuran. Banyak petani lokal yang masih melakukan upacara keagamaan di sekitar gunung ini.
Legenda Putri Tangkil: Legenda mengisahkan tentang Putri Tangkil, seorang putri cantik dari kerajaan Mojopahit yang dikabarkan tinggal di gua di Gunung Penanggungan. Kisah cinta tragisnya masih menjadi cerita yang populer di sekitar gunung ini.
Tempat Meditasi: Gunung Penanggungan juga merupakan tempat meditasi dan pertapaan bagi para biksu dan pertapa Hindu-Buddha pada masa lampau. Banyak gua dan candi kecil tersebar di sekitar gunung sebagai saksi sejarah kehidupan spiritual di sana.
Menuju Pos Pendakian Tamiajeng
Untuk menuju pos pendakian Tamiajeng dari Surabaya atau Malang, kita bisa naik bus jurusan Surabaya-Malang atau sebaliknya dan turun di terminal Pandaan. Tarif bus dari Surabaya atau Malang ke Pandaan sekitar Rp 7.000. Dari terminal Pandaan, kita bisa naik angkutan desa menuju Trawas, atau cukup bilang ke supir angkutan bahwa kita akan mendaki Gunung Penanggungan, mereka pasti sudah paham. Tarif angkutan dari Pandaan ke Trawas sekitar Rp 15.000. Setelah sampai di Trawas, kita bisa naik ojek ke pos perizinan pendakian Gunung Penanggungan di Tamiajeng dengan tarif sekitar Rp 15.000, atau bisa juga negosiasi dengan supir angkutan untuk langsung diantar ke pos perizinan dengan biaya tambahan.
Proses Registrasi Pendakian
Registrasi pendakian dilakukan secara offline langsung di pos perizinan. Setelah tiba di pos perizinan, kita tinggal mengisi formulir pendaftaran dengan nama, alamat, jumlah anggota, dan estimasi waktu pendakian. Pendakian Gunung Penanggungan biasanya memakan waktu 2 hari 1 malam dengan berjalan santai. Biaya tiket atau simaksi pendakian sekitar Rp 10.000. Setelah registrasi selesai, kita akan diberi briefing singkat oleh petugas. Disarankan membawa air yang cukup, sekitar 2-3 botol per orang, karena di Gunung Penanggungan tidak ada sumber air.
Hari Pertama Pendakian
Hari Kedua Pendakian
Estimasi Biaya Pendakian Gunung Penanggungan via Tamiajeng
- Bus Surabaya – Pandaan atau sebaliknya PP: Rp 14.000
- Pandaan – Trawas PP: Rp 30.000
- Trawas – Pos Perizinan PP: Rp 30.000
- Simaksi: Rp 10.000
Estimasi Waktu Pendakian Gunung Penanggungan via Tamiajeng (2 Hari 1 Malam)
Hari Pertama:
- Pos Perizinan – Pos 2: 30 menit
- Pos 2 – Pos 3: 30 menit
- Pos 3 – Pos 4: 1 jam
- Pos 4 – Puncak Bayangan: 1 jam 30 menit
Hari Kedua:
- Puncak Bayangan – Puncak Penanggungan atau Pawitra: 1 jam
- Puncak Penanggungan – Puncak Bayangan: 30 menit
- Puncak Bayangan – Pos Perizinan: 2 jam
Menikmati keindahan Gunung Penanggungan adalah pengalaman yang tak terlupakan. Pastikan untuk mempersiapkan diri dengan baik, mengikuti protokol kesehatan, dan selalu menjaga kelestarian alam. Selamat mendaki!
Post a Comment for "Eksplorasi Gunung Penanggungan Via Jolotundo: Keindahan Alam, Mitos, dan Pengalaman Mendaki"