Akhir-akhir ini, hidupku seolah tertidur dalam gelap, dibalut kebiasaan yang diam-diam membelenggu. Terlalu banyak tidur, tanpa disadari, telah menjadi musuh dalam selimut yang menghisap semangatku. Kamar yang dulu merupakan tempat teraman, kini berbalik menjadi ruang yang mengasingkan, di mana dindingnya terasa semakin menghimpit setiap kali aku menutup mata.
Di masa lalu, kamar ini adalah oase yang menenangkan, tempat di mana aku bisa merasakan kenyamanan setelah hari-hari yang panjang. Namun kini, kamar yang dulu begitu aku cintai, malah berubah menjadi penjara yang memenjarakan kreativitas dan produktivitasku. Setiap sudut kamar ini mengingatkanku pada waktu yang tersia-sia, jam-jam yang hilang dalam ketidakberdayaan dan kemalasan.
Aku mulai menyadari bahwa inilah saatnya untuk melangkah keluar dari kubangan kebiasaan buruk ini. Pikiran ini mengalir seperti air yang mencari celah, membawaku pada ide untuk mencari tempat lain yang dapat menyegarkan kembali jiwaku. Mungkin kampus bisa menjadi tempat di mana aku kembali menemukan ritme hidup yang lama hilang, di tengah hiruk-pikuk yang menghidupkan. Atau coffeeshop, di mana aroma kopi yang kuat bisa membangkitkan gairah yang meredup, menyulut percikan api semangat yang hampir padam.
Ada juga perpustakaan, sebuah tempat sunyi yang mengajak pikiranku untuk tenggelam dalam lautan kata-kata, atau bioskop, di mana setiap cerita di layar menjadi pelarian dari kenyataan yang monoton. Bahkan, tempat wisata yang penuh warna dan suara, bisa menjadi ruang di mana aku kembali merasa hidup, kembali merasakan kebebasan yang lama tak kurasakan.
Kini, hidupku terasa seperti kanvas yang kehilangan warnanya. Kamar yang dulu penuh dengan tawa dan cerita kini menjadi saksi bisu dari kemalasan yang membelenggu. Aku merindukan diriku yang dulu, yang bisa tidur di mana saja, dengan pikiran yang bebas dari beban. Terlalu lama terjebak dalam kenyamanan kamar ini, aku lupa bahwa hidup di luar sana masih menunggu untuk dijalani, masih penuh dengan kesempatan untuk diambil.
Hidupku kini terasa hampa, tanpa warna dan tanpa semangat. Kamar yang dulu penuh dengan cerita, kini berubah menjadi ruang yang kosong, tidak lebih dari tempat tidur dan tumpukan bantal. Aku merindukan diriku yang dulu bisa tidur di mana saja, tanpa perlu merasakan ketidaknyamanan yang menahan langkahku. Terlalu nyaman di satu tempat telah mengurungku dalam ketidakberdayaan. Aku benci perasaan ini.
Beberapa malam terakhir, aku terjaga tanpa bisa memejamkan mata, sementara siang harinya, tidur datang tanpa mengenal waktu. Siklus ini menghancurkan ritme hidupku, membuatku semakin jauh dari produktivitas. Aku butuh kegiatan, sesuatu yang bisa mengisi hari-hariku dengan makna, dengan tujuan yang jelas. Tapi sayangnya, ketika tidak ada kegiatan, tidur menjadi satu-satunya pelarian, meskipun aku tahu betul ini bukan solusi yang tepat.
Aku menyadari bahwa ini adalah panggilan untuk berubah, untuk kembali menemukan makna hidup yang hilang. Tidak ada lagi waktu untuk bermalas-malasan di kamar. Ini adalah saatnya untuk keluar, untuk mencari pengalaman dan tantangan baru di luar sana. Mungkin, dengan begitu, aku bisa kembali merasakan hidup yang penuh dengan warna, kembali menjadi diriku yang bersemangat dan penuh dengan impian.
Dalam malam-malam yang sunyi, aku mulai menyadari bahwa perubahan harus dimulai dari diriku sendiri. Kamar yang dulu menjadi tempatku beristirahat kini tak lagi memberi kenyamanan, tetapi malah menjeratku dalam kebiasaan buruk. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk keluar, untuk mengejar kembali hidup yang penuh warna. Dunia ini masih luas, penuh dengan kesempatan yang belum aku temukan. Dan dengan langkah pertama yang penuh keyakinan, aku meninggalkan kamar yang selama ini menahan langkahku, siap untuk meraih kembali kebebasan dan semangat yang hilang.
Post a Comment for "Catatan Kecil: Ada Kalanya Aku Membenci Kamarku.."