Catatan Kecil: Lika-Liku Menjadi Kamu..


Di tengah malam yang sunyi, ketika langit gelap pekat dihiasi bintang-bintang yang teramat jauh, kamu duduk di sudut kamarmu. Suara detak jam di dinding bergema, menandakan waktu yang terus berjalan tanpa henti. Di luar, kota masih berdenyut, dengan kehidupan yang terus berlalu, tetapi di dalam dirimu, rasanya seperti dunia berhenti sejenak. Hanya ada kamu, pikiran, dan kebisingan yang tak kasat mata.

Kebingungan datang seiring dengan kesepian yang menggelayuti hatimu. “Apa yang sebenarnya aku cari?” bisik hatimu, meragukan setiap langkah yang telah kamu ambil. Kamu merasa terjebak dalam lingkaran tanpa akhir, mengamati teman-temanmu berlari mengejar mimpi mereka, sementara kamu masih bergelut dengan dirimu sendiri, pertengkaran yang melelahkan. Di sosial media, semua orang tampak bahagia, hidup sempurna, tetapi di sini, kamu berjuang hanya untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan rasa yang sedang kamu derita.

“Siapa aku? Apa pencapaianku? Kenapa aku tidak bisa seperti mereka, diterima di universitas terbaik, dapat kerja dengan jenjang karir dan gaji yang menjanjikan, bisa berkarya dan penuh telenta? Sedangkan aku bisa apa?” tanya kamu pada bayangan-bayang malam. Refleksi yang memperlihatkan gambaran dari rasa putus asa yang mengendap dalam jiwa. Setiap pencapaian yang terlihat sepele, seolah mengingatkanmu akan banyaknya kekurangan yang mengisi ruang di hatimu. Kadang, kamu merasa seperti tidak berguna, penuh kecewa dan tidak berharga.

Saat kamu terbenam dalam pikiran itu, kamu teringat pada obrolan hangat dengan sahabatmu suatu ketika, yang mengatakan bahwa menerima diri sendiri adalah langkah pertama menuju kebangkitan. “Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Setiap orang memiliki perjalanannya masing-masing,” ungkapnya. Namun, saat itu, kata-kata yang seharusnya dapat menenangkan malah terasa seperti pelukan kosong. Kamu ingin percaya, tapi ragu itu selalu muncul, lagi dan lagi, mengusik ketenangan yang sedang kamu upayakan.

Setiap kegagalan, setiap ekspektasi yang terus-terusan dihantam kenyataan, setiap detik yang terbuang, seolah-olah membunuhmu secara perlahan. Dalam momen-momen sendu itu, kamu berusaha berbisik pada dirimu sendiri, “Ini adalah bagian dari perjalanan. Semua orang merasa sama. Kamu tidak sendirian.” Namun, suara hati itu sering kali terbenam oleh erangan keraguan yang lebih kuat.

Hari demi hari, kamu mencoba menemukan apa yang membuatmu bersemangat. Menggali minat yang mungkin pernah terpendam. Apakah itu menulis, menggambar, atau sekadar berjalan di taman. Kamu belajar bahwa meski terasa berat, pasti ada keindahan dalam setiap prosesnya. Menghadapi ketidakpastian bukanlah hal yang mudah, tetapi saat kamu mulai menerima bahwa semua ini adalah bagian dari menjadi manusia, ada secercah harapan yang muncul perlahan.

Ketika kota perlahan mulai tertidur, dan hanya ada suara angin berdesir di luar jendela, kamu merasa lebih tenang. “Kamu tidak perlu sempurna untuk menjadi berharga,” katamu kepada diri sendiri. Dalam perjalanan yang penuh liku ini, kamu mulai menemukan kekuatan dalam ketidaksempurnaan. Kamu sadar bahwa dunia mungkin tidak akan selalu adil, tetapi kamu memiliki kemampuan untuk membentuk jalanmu sendiri.

Kamu menutup mata, menarik napas dalam-dalam, dan merasa sedikit lebih ringan. Dalam kebingungan dan kesepian yang melekat, kamu mulai memafkan, menerima dan berusaha menemukan kembali dirimu sendiri, satu langkah kecil setiap harinya. Mungkin, menjadi dirimu yang sebenarnya adalah perjalanan yang tak pernah selesai, tetapi mulai saat ini kamu berjanji untuk lebih mencintai dirimu sendiri, dengan segala kekurangan dan keunikan yang kamu miliki.


Catatan Arifin
Catatan Arifin One boy with many interests. Casual reader and content writer who takes photos of his travel. He loves everything about books, feelings, stories, movies and historical pieces.

Post a Comment for "Catatan Kecil: Lika-Liku Menjadi Kamu.."