Catatan Kecil: Sang Penulis Agung


Tuhan telah menggariskan setiap langkah kita dengan ketelitian yang tak terukur. Seperti seorang penulis agung, Ia mengisi lembar kehidupan kita dengan tinta takdir yang tak pernah keliru. Namun sering kali, kita, yang hanyalah noktah di semesta ini, meragukan kebijakan-Nya. Kita protes pada jalan yang terasa terjal, pada duri-duri yang menyakitkan telapak kaki, seakan lupa bahwa setiap duri membawa pelajaran, setiap terjal menumbuhkan kekuatan. Apakah protes ini, yang lahir dari keinginan kita untuk mengubah naskah-Nya, bukan sebuah upaya kecil untuk menantang kebesaran Sang Penulis?


Matahari, yang telah Ia letakkan pada porosnya, tidak pernah berhenti berputar. Ia menjalankan tugasnya tanpa keluh kesah, tanpa mempertanyakan panas yang harus ia pancarkan atau kegelapan yang tak pernah ia cicipi. Ia hanya patuh, tunduk pada kehendak Pencipta-Nya. Bagaimana mungkin kita, yang hanya setetes dalam samudra kehidupan, berani merendahkan kebijakan Tuhan, sementara ciptaan lain menjalankan tugas mereka dengan penuh pengabdian? Bukankah matahari yang abadi itu telah menjadi pengingat bagi kita, bahwa menjalani takdir adalah bentuk penghormatan kepada-Nya?


Namun, kita adalah makhluk yang dibekali kebebasan berpikir, rasa ingin tahu, dan harapan yang kadang menjulang lebih tinggi dari langit. Ketika jalan yang ditetapkan terasa menyakitkan, kita lupa bahwa kesakitan itu adalah bagian dari rencana besar yang belum selesai terungkap. Seperti bunga yang harus tertimbun kotoran untuk tumbuh, begitulah kita, hanya akan mengerti hikmah perjalanan ini ketika waktunya tiba. Barangkali, protes yang kita suarakan hanyalah luapan ketidaktahuan, bukan penghinaan. Tetapi adakah kita cukup bijaksana untuk kembali bersujud dan berkata, “Aku percaya pada-Mu, meski aku belum mengerti jalan ini?”


Kehidupan bukan tentang memahami semua yang terjadi, melainkan tentang percaya kepada Dia yang mengatur segalanya. Ketika matahari terus berputar pada porosnya tanpa mengeluh, bukankah itu cukup untuk mengajarkan kita tentang arti kesetiaan dan ketundukan? Kita memang makhluk yang sering lupa, namun bukan berarti kita tidak mampu belajar. Maka, mari diam sejenak, mengendapkan rasa protes yang menggumpal, dan berbisik kepada diri sendiri: “Aku akan percaya kepada Tuhan, seperti matahari percaya kepada porosnya.”

Catatan Arifin
Catatan Arifin One boy with many interests. Casual reader and content writer who takes photos of his travel. He loves everything about books, feelings, stories, movies and historical pieces.

Post a Comment for "Catatan Kecil: Sang Penulis Agung"