Catatan Kecil: Tidak Ada Tempat Kerja Sepenuhnya Nyaman


Tidak ada tempat kerja yang serupa taman Eden, di mana rumput senantiasa hijau dan bunga mekar tanpa cela. Tempat kerja, seperti pelabuhan bagi kapal yang lelah, selalu menyimpan kebisingan. Ia adalah ruang yang penuh dengan kepentingan dan ambisi, di mana kenyamanan bukanlah tujuan, melainkan hanya persinggahan sementara. Kadang, kita mendapati sudut yang teduh, di mana hangatnya kolega dan segarnya apresiasi memberi harapan. Namun, itu tak lebih dari oase di tengah gurun. Kenyamanan hanyalah ilusi yang berkedip sesaat, menuntun kita untuk terus melangkah, bukan untuk tinggal.


Kenyamanan, bagi banyak orang, hanyalah kemewahan yang tak pernah direngkuh sepenuhnya. Realitas memaksa kita untuk menyadari bahwa dunia kerja adalah arena kompromi, di mana idealisme kita sering kali terkikis oleh kebutuhan. Di balik meja dan layar komputer, di balik seragam dan laporan, kita memahami satu hal: bukan kenyamanan yang menopang kehidupan, melainkan keberlangsungan. Uang, meski dingin dan tak bernyawa, adalah jantung dari segala roda yang terus berputar. Maka, kita belajar untuk menutup mata pada kekurangan dan berkompromi dengan kegelisahan.


Namun, ada saat-saat ketika hati kita bertanya: apakah hidup hanya soal bertahan? Di ruang kerja yang berisik, kita sering kali merasa seperti daun di sungai, hanyut oleh arus yang tak pernah kita pilih. Tetapi, di situlah ujian keberanian kita—mengolah makna dari yang tak sempurna. Kita belajar untuk mencari secercah kepuasan dari apa yang kita miliki, bukan dari apa yang kita dambakan. Di tengah rutinitas, kita menemukan bahwa kerja bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga tentang membentuk karakter—tentang menjadi kuat, tahan banting, dan tetap bermimpi meski di bawah tekanan.


Akhirnya, hidup adalah perjalanan panjang, di mana setiap pemberhentian menawarkan pelajaran. Tidak ada tempat kerja yang sepenuhnya nyaman, seperti tidak ada kapal yang berlayar tanpa gelombang. Namun, mungkin itu bukan hal buruk. Kenyamanan yang berlebihan bisa jadi jebakan, membuat kita lupa untuk bertumbuh. Kita bekerja bukan hanya untuk uang, meski itu tak bisa disangkal sebagai kebutuhan utama. Kita bekerja untuk memberi makna pada langkah, untuk belajar menyulap kesulitan menjadi kekuatan, dan untuk menyadari bahwa dalam ketidaksempurnaanlah hidup menunjukkan wajahnya yang paling jujur.

Catatan Arifin
Catatan Arifin One boy with many interests. Casual reader and content writer who takes photos of his travel. He loves everything about books, feelings, stories, movies and historical pieces.

Post a Comment for "Catatan Kecil: Tidak Ada Tempat Kerja Sepenuhnya Nyaman"